Sinabung Part 1
Bulan Maret lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung bagaimana kondisi gunung Sinabung yang dalam beberapa tahun kebelakang sering menjadi berita di media. Ada perasaan senang campur sedih waktu itu. Senang karena mimpi saya untuk berkunjung ke Sinabung akhirnya terwujud, namun sedih dengan kondisi yang dialami oleh saudara-saudara sebangsa di Tanah Karo.
Sebelum
ke Sinabung, saya tidak mempercayai semua berita yang tersebar di media tentang
bencana erupsi gunung Sinabung, karena saya selalu mempercayai fakta ketika
sudah meilhatnya dengan mata kepala saya sendiri. Tapi semua berita media saya
kumpulkan dan saya akan cocokan langsung di tanah Karo.
Ketika
kegiatan
saya dan teman-teman di Kelas Inspirasi Medan 2 telah selesai. saya
diajak oleh salah seorang teman untuk ikutan berkecimpung dalam gerakan
yang bernama Laskar Erdilo. Gerakan yang lahir dari obrolan ngalor
ngidul para
aktivis lintas bidang di kota Medan. Gerakan yang lahir atas kegelisahan
dan
keprihatinan kaum terdidik atas masa depan pendidikan di tanah Karo.
Niatnya adalah
mencoba membantu dengan kontribusi nyata bukan hanya memperbincangkan
tanpa
aksi nyata.
Setelah
melakukan meet up perdana dengan seluruh personal gerakan, maka telah
dihasilkan beberapa konsep yang cukup matang tentang aktivitas dan detail
kegiatan yang akan kita lakukan di daerah lingkar Sinabung, di sebut dengan
lingkar Sinabung karena daerah ini adalah daerah yang paling dekat dengan kaki
gunung Sinabung yang hanya berjarak sekitar 2-3 km saja.
Targetan
kita khusus hanya SD saja, karena memang kita merasa harus bisa fokus biarpun
kecil. Sebelum melakukan sebuah kegiatan saya dan teman-teman melakukan survey
lokasi. Maka setelah berbincang cukup panjang tentang waktu, transportasi dan
orang-orang yang akan ikut, makan telah disepakati bahwa lima orang akan ikut
melakukan survey ke Sinabung.
Kelima
orang tersebut adalah saya (pecinta akut sayur daun ubi tumbuk), kak Iberena
Merry Purba (Pengajar Muda VI), kak Siti Rahmah (Pengajar Muda VII), kak Ria
Damayanti (Aktivis Kelas Inspirasi) dan Ridha Annisa Sebayang (Aktivis Turun
Tangan Medan). Empat perempuan tangguh dan satu laki-laki ingusan yang memilih
ikut terlibat, ambil tanggung jawab dan berbuat nyata meski tampak kecil.
Perjalanan
dimulai pukul dua siang dengan menaiki bus Sutra,
salah satu transportasi murah nan cepat ke tanah Karo. Dengan ongkos 10 ribu
saja dan hanya dalam waktu 2-3 jam kita bisa langsung menuju tanah Karo plus
disuguhi pemandangan indah dan menyenangkan dikanan kiri sepanjang perjalanan
sembari mendengarkan lagu-lagu daerah batak Karo didalam bus.
Dan
akhirnya kami sampai didaerah bernama Tongkoh
untuk menunggu bang Ben Kaban salah satu pencetus gerakan Karo Erdilo yang
berdomisili di Tanah Karo, tepatnya di Berastagi.
Setelah menunggu selama setengah jam akhirnya beliau datang dengan mobilnya
yang gagah nan klasik. Dan sebelum kami
melakukan survey sekolah ke lingkar sinabung, kami melakukan mini wisata
kuliner. Kami membeli strawberry langsung dari kebun buah-buahan. Lalu kami
menyempatkan diri untuk makan pecel dan cendol hangat di rumah makan Pecel
Bahagia yang letaknya di jalan lintas Medan-Berastagi.
Setelah
puas menikmati wisata kuliner, saatnya untuk memanjakan mata menuju danau Lau
Kawar, danau indah sekitar gunung Sinabung. Dan kembali kami disuguhi
pemandangan indah sepanjang perjalanan menuju danau Lau Kawar, yaitu pemandangan
sunset dibalik gunung Sinabung yang terlihat seperti matahari kuning yang seakan-akan
mengintip kami dari balik gunung.
Ketika
sampai di pinggir danau, tanpa diperintah kami langsung saja melakukan
pengabadian momen. Yaitu foto-foto, hehe. Berbagai bentuk gaya dicoba karena
background danau ditambah sunset yang indah menambah indah momen ini. Setelah langit
memunculkan bulan purnama yang indah, kami bergegas meninggalkan danau dan
menuju destinasi selanjutnya, yaitu warung makan Ojolali. Warung makan yang
bisa memesan apa saja bentuk makanan yang diinginkan.
Selama
disana
kami berdiskusi cukup panjang sembari mengamati lelehan lahar malam
hari gunung Sinabung dengan kamera. Diskusi yang hangat ditempat dingin
membuat kami
berlama-lama betah duduk selama kira-kira empat jam.
Bersambung
ke Sinabung Part 2….