Sinabung Part 1


Bulan Maret lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung bagaimana kondisi gunung Sinabung yang dalam beberapa tahun kebelakang sering menjadi berita di media. Ada perasaan senang campur sedih waktu itu. Senang karena mimpi saya untuk berkunjung ke Sinabung akhirnya terwujud, namun sedih dengan kondisi yang dialami oleh saudara-saudara sebangsa di Tanah Karo.

Sebelum ke Sinabung, saya tidak mempercayai semua berita yang tersebar di media tentang bencana erupsi gunung Sinabung, karena saya selalu mempercayai fakta ketika sudah meilhatnya dengan mata kepala saya sendiri. Tapi semua berita media saya kumpulkan dan saya akan cocokan langsung di tanah Karo.

Ketika kegiatan saya dan teman-teman di Kelas Inspirasi Medan 2 telah selesai. saya diajak oleh salah seorang teman untuk ikutan berkecimpung dalam gerakan yang bernama Laskar Erdilo. Gerakan yang lahir dari obrolan ngalor ngidul para aktivis lintas bidang di kota Medan. Gerakan yang lahir atas kegelisahan dan keprihatinan kaum terdidik atas masa depan pendidikan di tanah Karo. Niatnya adalah mencoba membantu dengan kontribusi nyata bukan hanya memperbincangkan tanpa aksi nyata.

Setelah melakukan meet up perdana dengan seluruh personal gerakan, maka telah dihasilkan beberapa konsep yang cukup matang tentang aktivitas dan detail kegiatan yang akan kita lakukan di daerah lingkar Sinabung, di sebut dengan lingkar Sinabung karena daerah ini adalah daerah yang paling dekat dengan kaki gunung Sinabung yang hanya berjarak sekitar 2-3 km saja. 

Targetan kita khusus hanya SD saja, karena memang kita merasa harus bisa fokus biarpun kecil. Sebelum melakukan sebuah kegiatan saya dan teman-teman melakukan survey lokasi. Maka setelah berbincang cukup panjang tentang waktu, transportasi dan orang-orang yang akan ikut, makan telah disepakati bahwa lima orang akan ikut melakukan survey ke Sinabung.

Kelima orang tersebut adalah saya (pecinta akut sayur daun ubi tumbuk), kak Iberena Merry Purba (Pengajar Muda VI), kak Siti Rahmah (Pengajar Muda VII), kak Ria Damayanti (Aktivis Kelas Inspirasi) dan Ridha Annisa Sebayang (Aktivis Turun Tangan Medan). Empat perempuan tangguh dan satu laki-laki ingusan yang memilih ikut terlibat, ambil tanggung jawab dan berbuat nyata meski tampak kecil.

Perjalanan dimulai pukul dua siang dengan menaiki bus Sutra, salah satu transportasi murah nan cepat ke tanah Karo. Dengan ongkos 10 ribu saja dan hanya dalam waktu 2-3 jam kita bisa langsung menuju tanah Karo plus disuguhi pemandangan indah dan menyenangkan dikanan kiri sepanjang perjalanan sembari mendengarkan lagu-lagu daerah batak Karo didalam bus.

Dan akhirnya kami sampai didaerah bernama Tongkoh untuk menunggu bang Ben Kaban salah satu pencetus gerakan Karo Erdilo yang berdomisili di Tanah Karo, tepatnya di Berastagi. Setelah menunggu selama setengah jam akhirnya beliau datang dengan mobilnya yang gagah nan klasik.  Dan sebelum kami melakukan survey sekolah ke lingkar sinabung, kami melakukan mini wisata kuliner. Kami membeli strawberry langsung dari kebun buah-buahan. Lalu kami menyempatkan diri untuk makan pecel dan cendol hangat di rumah makan Pecel Bahagia yang letaknya di jalan lintas Medan-Berastagi.

Setelah puas menikmati wisata kuliner, saatnya untuk memanjakan mata menuju danau Lau Kawar, danau indah sekitar gunung Sinabung. Dan kembali kami disuguhi pemandangan indah sepanjang perjalanan menuju danau Lau Kawar, yaitu pemandangan sunset dibalik gunung Sinabung yang terlihat seperti matahari kuning yang seakan-akan mengintip kami dari balik gunung.

Ketika sampai di pinggir danau, tanpa diperintah kami langsung saja melakukan pengabadian momen. Yaitu foto-foto, hehe. Berbagai bentuk gaya dicoba karena background danau ditambah sunset yang indah menambah indah momen ini. Setelah langit memunculkan bulan purnama yang indah, kami bergegas meninggalkan danau dan menuju destinasi selanjutnya, yaitu warung makan Ojolali. Warung makan yang bisa memesan apa saja bentuk makanan yang diinginkan.

Selama disana kami berdiskusi cukup panjang sembari mengamati lelehan lahar malam hari gunung Sinabung dengan kamera. Diskusi yang hangat ditempat dingin membuat kami berlama-lama betah duduk selama kira-kira empat jam.    

Bersambung ke Sinabung Part 2….

Kapan Wisuda ???

Tadi siang saya berjumpa dengan salah seorang dosen yang begitu menginspirasi hidup saya. Seorang dosen yang dalam semua kegiatan yang beliau lakukan di dasari oleh ketulusan hati seorang yang benar-benar ingin mengimplementasi semua ilmunya bagi ilmu pengetahuan. Banyak hal positif yang saya dapat ketika ngobrol dengan beliau. Salah satunya tentang kehidupan setelah lulus kuliah nanti. Beliau mengatakan “jangan berfikir kapan anda akan lulus, tapi cobalah berfikir mau ngapain anda setelah lulus nanti”. Karena menurut beliau hari ini banyak mahasiswa yang menganggur dikarenakan bukan bodoh ataupun malas, tetapi disebabkan tidak ada rencana yang akan dilakukan setelah lulus nanti. Saat sekarang ini banyak mahasiswa yang tidak pantas lulus, dikarena desakan waktu dan trend lulus dikalangan teman-temannya, maka mahasiswa itu pun diluluskan. Dan hasilnya, mahasiswa tersebut tidak tahu mau berbuat apa setelah lulus, dan jadilah dia pengangguran di negeri ini. Pengangguran yang membuat negri ini tambah rusak dan membuat image “ngapain kuliah, toh nantinya nganggur juga”.
Mendengar paparan dari dosen tersebut membuat saya selaku mahasiswa tahun akhir memikir kembali untuk menyelesaikan studi saya. Masih banyak ilmu yang belum saya dapat, masih banyak hal yang belum saya mengerti, masih banyak pelajaran yang belum saya pahami dan belum jelas apa yang saya akan lakukan setelah lulus nanti menjadi penyebabnya. Memang banyak mahasiswa yang berhasil setelah dia lulus kuliah, tapi apakah saya juga akan berhasil seperti mereka ??? hal ini yang menjadi renungan bagi diri saya pribadi. Tetapi sang dosen memberikan solusi yang luar biasa dan bijaksana, beliau mengatakan siap-siaplah berjuang selama masa kuliah ini, lakukan apa saja yang bermanfaat dan jangan lupa berdoa pada Allah agar apa yng kita usahakan dapat berkah. Tulis rencana masa depanmu dari sekarang rancang kehidupanmu kedepan dan berjuanglah. Karena tak ada yang sia-sia ketika kita bersungguh-sungguh dalam melakukan hal yang bermanfaat. So, wisuda itu bisa kapan saja, tetapi kapan kita bisa melakukan yang terbaik dalam hidup kita itu yang menjadi pokoknya.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya dan para pembaca, khususnya mahasiswa tahun akhir.

Paradigma Mahasiswa tentang “Ospek”

Tak terasa tahun sudah berganti lagi. Mahasiswa yang masa aktifnya untuk menjadi mahasiswa telah selesai serta telah tamat dan wisuda, maka akan digantikan oleh mahasiswa yang baru kembali. Ibaratkan sebuah pohon yang sudah tua dan renta akan mati digerogoti usianya, lalu ia akan diganti oleh tunas-tunas yang baru yang akan menggantikan tugas dan peran pohon tua tadi. Karena jika suatu generasi hilang ataupun musnah, pasti akan ada generasi baru yang akan menggantikannya. Salah satu peribahasa yang cocok untuk hal ini adalah “Patah Tumbuh Hilang Berganti”, setiap yang mati ataupun hilang pasti akan ada yang menggantikannya.
Ketika mahasiswa baru menginjakkan kakinya di kampus yang baru, untuk pertama kali ia pasti akan tersenyum bangga seraya berkata “Alhamdulilah, apa yang kuinginkan dari SMA dulu akhirnya tercapai juga”. Namun, setelah itu ia akan mengeluh dan berkata “Kalau tahu seperti ini saya tidak akan mau kuliah”.
Banyak diantara kita merasakan hal tersebut ketika masih menjadi mahasiswa baru. Salah satu alasan penyebab hal tersebut timbul adalah ketika kita dihadapkan dengan kewajiban untuk menjalani kegiatan ospek, yang lebih dikenal dengan BAKTI. Tidak dapat dipungkiri, hingga sampai saat ini kata-kata “ospek” atau orientasi mahasiswa menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi mahasiswa baru. Banyak diantara para mahasiswa baru ketika ditanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ospek, maka jawabannya selalu ‘Kalau bisa dihilangkan saja’.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ada beberapa hal yang mungkin bisa menjawab pertanyaan  tersebut. Pertama, pengetahuan terkait tentang bagaimana rangkaian acara dalam ospek itu dilaksanakan. Jika hal tersebut dapat kita buat menjadi hal yang menarik, pasti mindset negatif setiap mahasiswa baru tentang ospek akan luntur dan berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Kedua, info dari orang lain tentang ospek tersebut yang selalu mengarahkan ke arah negatif. Terakhir, apa-apa saja keuntungan yang akan didapat melalui ospek tersebut.
Mungkin, sampai hari ini kita  masih mendengar bahkan tetap setuju tentang peraturan ospek yang berbunyi, Pasal 1 senior selalu benar, dan pasal 2 jika senior salah, kembali ke pasal 1”. Setuju tidak setujunya kita pasal tersebut cukup logis. Ketika kita masih junior, kita mengatakan hal tersebut adalah hal yang tidak masuk akal. Namun, ketika kita sudah menjadi senior, sudah bisa dipastikan kita akan mengekor pada peraturan tersebut. Merupakan suatu hal yang telah lazim terjadi di semua kampus di tanah air kita.
Hal tersebut sebenarnya harus di ubah konsepan dan tata caranya. Karena, apabila hal tersebut masih saja dipakai, maka akan banyak hal negatif yang akan muncul. Mungkin pada masa konsepan ini dibuat, mahasiswa biasa dan lazim dengan hal yang dilakukannya itu, seperti perpoloncoan dan sedikit semi militer. Tetapi, jika hal itu masih kita pakai untuk zaman yang sekarang ini, konsepan tersebut akan di tolak mentah-mentah karena tidak sesuai dengan zaman. Karena, pada zaman sekarang semua orang ingin bebas dan berhak melakukan apa saja selama tidak membuat orang lain terganggu.
Menurut peraturan MENDIKNAS tahun 2010 yang disampaikan oleh mantan Rektor Universitas Andalas Prof.Dr.Ir. Musliar Kasim, MS yang sekarang menjadi Wakil Mentri Pendidikan Nasional, bahwasanya untuk mahasiswa baru dilarang untuk mengadakan KBM (Kemah Bakti Mahasiswa) dan hal-hal lain yang berkaitan dan berhubungan dengan perpoloncoan bagi mahasiswa, dan bagi fakultas yang mengizinkannya akan diberikan sanksi yang setimpal.
Realita hari ini, banyak mahasiswa senior yang tidak peduli dengan adik seniornya karena isi dari peraturan tersebut yang terlalu gamblang dan terlalu frontal terdengar. Dampak lainnya juga terasa pada kurangnya kepedulian mahasiswa dengan pergerakan mahasiswa.
Banyak mahasiswa yang hanya peduli dengan kuliah dan dirinya sendiri. Hal tersebut terjadi karena suhu dan keadaan mahasiswa zaman sekarang tidak lagi berorientasi kepada bagaimana memajukan bangsa ini, tapi bagaimana cara membuat diri sendiri sukses tanpa bantuan orang lain. Dengan kata lain, mahasiswa zaman sekarang lebih diarahkan bagaimana menjadi seorang plagiat dan budak yang harus terus bersama induknya. Bukan seperti mahasiswa dulu yang bebas berkata,dan melakukan apa saja dalam hal memajukan bangsa ini menjadi bangsa yang dihormati dan sejahtera.
Tentunya ospek akan berkonotasi positif jika kita mau dan punya keinginan yang kuat untuk merubah konsep yang dulunya lebih berorientasi pada praktek perpoloncoan dan semi militer. Hari ini kita coba untuk membuat sesuatu yang berbeda dan tidak berorientasi dengan konsepan yang lama, tapi kita berusaha membuat konsepan ospek yang mempunyai kualitas dan lebih bermanfaat.
Memang, semua itu tidaklah mudah seperti kita membalikkan telapak tangan. Karena akan banyak rintangan dan hantaman yang sangat keras yang akan kita dapatkan dalam proses perjalanan mewujudkannya. Tetapi apabila kita yakin dan percaya akan semua impian kita ini, pasti semua yang akan kita lalui nantinya akan kita rasakan indah dan mempunyai hikmah yang bermanfaat. Semoga saja cita-cita untuk mewujudkan ospek yang berorientasi kepada kemanfaatan yang baik dan punya output yang berkarakter dan penuh inspirasi dapat terwujud kedepannya. Saddam Hsb
*)Terbit di Tabloid Mahasiswa UNAND Genta Andalas Padang,edisi XLI September-Oktober 2011.

Indonesia Kita Semua

Beberapa hari ini gonjang ganjing siapa yang akan menduduki jabatan ketua DPR terdengar cukup menggelitik kita yang kadang tak peduli akan hal tersebut. Tapi keadaan dunia politik hari ini seakan memaksa kita untuk sedikit peduli akan nasib bangsa ini kedepannya.

Sejak UU yang menyatakan setiap partai pemenang pemilu yang akan menduduki jabatan ketua DPR diganti dengan UU MD3 yang menyatakan ketua DPR dipilih langsung oleh anggota DPR, bukan dari partai pemenang pemilu lagi, membuat kita bertanya-tanya apakah ini tandanya semua hal akan di demokrasikan. Tetapi setelah melihat kondisi terkini kita baru menyadari bahwasanya ini strategi untuk menjadikan DPR alat pengawas super ketat bagi eksekutif pemerintah. Karena keduanya adalah lawan yang berbeda kepentingan, yang satu bisa mengalahan yang lain, yang lain tak mau kalah dari yang satu. Jadilah hari ini seakan pemerintah vs DPR.

Sebenarnya hal ini bagus ketika kita melihat dari sudut pandang kolektivitas dan produktivitas kenierja nantinya. DPR akan selalu serius memonitoring setiap pergerakan pemerintah dan jika ada kesalahan maka tanpa ampun akan dihukum. Ibarat ketika kita dikelas rangking dua, maka kedepannya kita pasti akan mengawasi yang rangking satu. Dan jika rangking satu melakukan kesalahan, maka kita tanpa ragu untuk melaporkannya ke guru agar dia dihukum. Mungkin seperti itu lah analogi negara kita 5 tahun kedepan.

Tetapi jika melihat dari sudut pandang seorang rakyat, ketakutan yang terjadi adalah DPR akan terlalu sibuk melakukan pengawasan super ketat kepada pemerintah dan lupa akan kepentingan rakyatnya. Padahal DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) tugasnya pengawasan dan juga representatif dari rakyat Indonesia.

Berkaca dari pengalaman 10 tahun kebelakang pemerintahan SBY, DPR dan Pemerintah adalah satu koalisi, bahkan satu partai lagi. Hal itu yang membuat rasa segan dan tak mau tahu lebih mendominasi daripada tanggung jawab profesionalitas akan amanah yang diemban. Dan kemudian berdampak pada lemahnya pengawasan membuat banyak mentri dari pihak pemerintah dan anggota dari DPR lebih leluasa bermain “curang” dalam menjalankan amanahnya. Itu terlihat dari banyaknya mentri dan anggota DPR yang tersangkut kasus korupsi. Kalau dulu korupsi dilakukan perseorangan, dan itu membuat malunya luar biasa, tapi sekarang bukan hanya shalat yang berjamaah, korupsi pun sudah memakai konsep berjamaah pula dan bangga ketika ditangkap KPK (Komisi Pemberantas Korupsi).

Banyaknya kejahatan terjadi di Indonesia bukan karena banyaknya jumlah orang jahat, tetapi banyaknya orang baik Diam dan menDiamkannya kata Anies Baswedan (Founder gerakan Turun Tangan). Hari ini banyak orang yang bermasalah malah bangga dan terlihat senang akan kesalahan yang telah dibuatnya. Tetapi banyak orang baik tak percaya diri mengaku dirinya orang baik dengan alasan takut riya dan dikira sombong.

Mungkin hari ini kita yang masih dikategorikan pemuda, jangan apatis memandang bangsa ini, ingat kita lahir, minum, makan dan berpijak dari dan di tanah ini. Sudah saatnya kita berprestasi dan berkontribusi untuk bangsa ini. Tak hanya urun angan memprotes yang salah dan hanya mengeluh tanpa solusi. Mari kita turun tangan beresin masalah dibangsa ini. Indonesia adalah negara yang sangat luas secara geografis, tak selesai jika hanya diberesin oleh seorang presiden, tapi hari ini kita perlu pemimpin yang menggerakkan setiap anak bangsa dan membuat kita merasa punya masalah tentang bangsa ini dan ikut terlibat langsung dalam penyelesaian masalah bangsa.

Sesuai dengan qoutenya Soe Hok Gie sang legenda aktivis mahasiswa yang lebih baik diasingkan daripada menyerah dalam kemunafikan. Dia juga berpendapat kita generasi muda yang bertugas memberantas generasi tua yang bermasalah dan menghakimi mereka dengan ditembak mati dilapangan terbuka.

Ini Indonesia kita semua dan kita cinta Indonesia.

Viretas et liberarbum (kebenaran akan memerdekakanmu)

Dewasa ini kejujuran adalah barang langka di negara kita ini. Menjadi jujur sama saja seperti memakan ikan berduri, enak tapi sakit karena tergigit durinya. Ketika jujur dihina, tapi jika berbohong dipuji. Apakah ini disebut dengan keadilan ?

Hal ini bisa kita lihat dikehidupan kita sehari-hari. Teringat akan kejadian beberapa bulan yang lalu ketika seorang ibu melaporkan kepada kepala sekolah bahwasanya anaknya dipaksa oleh guru untuk membantu temannya dalam menjawab ujian sekolah tapi dia menolak dengan alasan saya sudah belajar untuk ujian ini kenapa harus memberi contekan ke yang lain ?, dan dia dihukum oleh guru tersebut. Tetapi sang ibu malah disuruh menasehati anaknya untuk belajar menghormati gurunya. Apakah ini yang disebut keadilan?.

Padahal hal tersebut adalah praktek penyuplai koruptor dibangsa ini. Praktek yang telah menjadi kebiasaaan, bahkan telah menyatu dengan daging bangsa ini. Tetapi sesuatu yang menyatu bisa saja berpisah jika ada usaha memisahkannya, walau itu berat.

Untuk masuk ke sebuah lembaga pendidikan kita harus mengeluarkan dana yang sebenarnya diluar peraturan dengan alibi uang terima kasih. Padahal terima kasih gak pernah bergandeng dengan uang. Di awal saja sudah memakai cara tak benar, bagaimana hasil akhirnya, apakah mengandung unsur keberkahan atau malah kesialan.

Pendidikan adalah alat merekayasa masa depan kata Anies Baswedan. Jika alat rekayasanya saja sudah tak benar, mana mungkin masa depannya cerah seperti yang diinginkan.

Banyak yang bilang orang berpendidikan itu yang sekolahnya tinggi, tapi yang terjerat kasus korupsi itu lebih banyak yang sekolahnya tinggi. Ini hal aneh yang terjadi sekarang. Padahal dulu Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan berpendidikan lah yang tinggi, bukan bersekolah yang tinggi. Kesimpulannya sekolah tinggi tak selalu berpendidikan bagus, dan juga pendidikan bagus tidak harus sekolah tinggi.

Kebiasaan kita kadang lebih menghargai anak yang rengking tinggi dari yang berprestasi bagus, contohnya kita sering bertanya setiap berjumpa dengan anak-anak, rangking berapa kamu ?, tapi kadang lupa bertanya tentang apa saja yang dipelajari di sekolah. Hal ini membuat anak berfikir lebih untuk mengejar rangking dari pada pelajaran di sekolah.

Republik Indonesia didirikan dengan janji, bukan dengan cita-cita, janji itu wajib dilunasi, bukan direvisi seperti cita-cita. Salah satu janjinya adalah pendidikan. Kewajiban negara menjamin kemerdekaan berpendidikan yang layak bagi setiap rakyat bangsa Indonesia.

Soe Hok Gie pernah berkata “lebih baik diasingkan karena jujur, daripada menyerah pada kemunafikan”.

Jujur itu keren sobat.

Turun Tangan Indonesia

Tak terasa sudah hampir setahun saya bergabung dalam suatu gerakan yang diinisiasi oleh manusia yang cukup unik di Indonesia begitu saya menyebutnya. Ketika anak bangsa yang lain pesimis dengan keadaan Indonesia hari ini, tapi beliau dari dulu hingga sekarang selalu menggandakan pesan optimis tentang kehebatan Indonesia. Lebih banyak mengecap pendidikan tinggi di luar Indonesia lantas tak membuatnya lupa akan bumi pertiwi. Ketika yang lain mengeluh akan sistem pendidikan di negara ini, beliau malah membuat gerakan semesta Indonesia Mengajar dengan tujuan mengisi kekosongan guru di garda terdepan negara ini sampai pelosok dan juga mempersiapkan pemimpin Indonesia masa depan yang world comptence and understanding grassroot. Yang lain hanya urun angan, beliau langsung turun tangan terlibat langsung dengan solusi.

Anies Rasyid Baswedan begitulah nama yang diberikan orang tuanya kepada beliau. Turunan langsung A.R Baswedan sang pembawa surat pernyataan pengakuan Indonesia merdeka oleh negara Mesir. Sang pahlawan yang namanya hanya terdengar segelintir orang, seorang idelisme religius. Yang sampai akhir hayatnya hanya mempunyai rumah sederhana. Cucunya yang hari ini mencoba berkontribusi untuk turun tangan terlibat langsung dalam dunia politik yang hari ini tampak kotor dan menjijikan bagi sebagian orang. Tetapi Anies malah berujar arenanya boleh saja tampak kotor, mari rame-rame kita bersihkan agar bersih kembali. Suatu tanggapan yang berani dan nampak klise bagi sebagian orang. Tapi ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, ini adalah suatu pemikiran langka untuk seorang manusia Indonesia. Hal ini membuat Anies dan teman-teman bergegas membuat suatu wadah pergerakan yang dinamai “Gerakan Turun Tangan”, yang tujuannya adalah membantu pelunasan janji kemerdekaan Indonesia.

Sebenarnya saya tergabung dalam gerakan turun tangan Medan, tetapi dikarenakan saya berdommisili setahu di Pekanbaru, maka bergabunglah saya di Turun Tangan Pekanbaru.
Pertama gathering dengan teman-teman Turun Tangan Pekanbaru, saya merasakan kembali atmosfer ketika saya kuliah dahulu. Rasa ingin selalu berkontribusi sekecil apapun tanpa pamrih. Sesuai dengan motto hidup saya “Ikhlas Tanpa Batas”. Gathering perdana saya bertempat dirumah Ibunda Yulhaida Badar, seorang ibu tiga anak yang mempunyai passion selalu turun tangan dan terlibat akan segala masalah di masyarakat. Beliau berdarah tulen minangkabau, tetapi sejak kuliah berdomisili di Bandung. Pemandangan yang unik yang saya lihat ketika berjumpa dengan beliau. Disaat ibu-ibu yang lain sibuk bergosip ria, beliau malah mau bersusah-susah meluangkan waktunya untuk mengajar di SMP Negri dekat rumah beliau tanpa bayaran. Passion beliau akan dunia pendidikan mengajarkan saya berkontribusi itu tidak harus berfikir akan “dapat apa”, tapi berkontribusilah agar engkau berfikir bisa “kasih apa”.

Diawal kebersamaan dengan para pejuang turun tangan kami melakukan sedikit kontribusi kecil bagi dunia pendidikan dengan mengadakan kelas inspirasi Pekanbaru, bertempat di salah satu daerah pinggiran Pekanbaru kami melakukan sedikit hal untuk menginspirasi anak-anak sekitar.


kelas inspirasi Pekanbaru
Kelas Inspirasi Pekanbaru
Belajar sambil menginspirasi adalah kegiatan yang menyenangkan, kegiatan ini dilakukan pada hari minggu disaat harusnya minggu adalah hari kita berlibur. Tetapi pejuang Turun Tangan Pekanbaru membuktikan diri untuk melakukan iuran kolosal kolektif dalam pelunasan janji kemerdekaan, yaitu tentang pendidikan. Lihat masalah bukan menyuruh orang untuk membereskannya, tapi ambil bagian untuk terlibat dalam penyelesaiannya itu jauh lebih bijak.


Sekitar bulan april 2014 Pekanbaru mengalami musibah tahunan, yaitu asap dari pembakaran lahan. Asap yang menyebar begitu dahsyat hingga membuat kualitas udara menjadi level berbahaya. Dan menjadikan Pekanbaru kota tak layak huni. Turun tangan dalam menyikapi hal tersebut langsung berkonsolidasi dengan segenap komunitas di Pekanbaru dan hasilnya adalah kita akan melakukan aksi damai pembagian 10 ribu masker bagi Pekanbaru yang berpusat di simpang empat Mall SKA 
Pekanbaru.

1397438107414
Aksi Damai Pembagian Masker Turun Tangan Pekanbaru bersama gabungan komunitas se-Pekanbaru
Aksi ini diikuti hampir 100 orang yang tergabung dalam seluruh komunitas sosial budaya di Pekanbaru. “Gerakan Melawan Asap” adalah sebutan kami. Memprotes adalah hal yang wajar, tetapi cara memprotes mencerminkan sikap dan kualitas yang bersangkutan. Dengan melakukan aksi ini kami berharap pemerintah dapat sadar dan langsung mengambil tindakan cerdas dalam menyelesaikan masalah ini.

1397438111095
Turun Tangan Pekanbaru dalam aksi Pembagian Masker di Pekanbaru
Turun tangan bukan hanya tentang gerakan bersama-sama ketika ada masalah yang terlihat. Tapi sejatinya turun tangan adalah ketika lihat orang membuang sampah sembarangan, ambil dan bilang ke dia buang samapah itu ditempatnya bukan disembarang tempat. Itu Turun Tangan yang kecil tapi nyata.

Pejuang bukan ???
Hadapi !!!