Viretas et liberarbum (kebenaran akan memerdekakanmu)

03.41 Unknown 0 Comments

Dewasa ini kejujuran adalah barang langka di negara kita ini. Menjadi jujur sama saja seperti memakan ikan berduri, enak tapi sakit karena tergigit durinya. Ketika jujur dihina, tapi jika berbohong dipuji. Apakah ini disebut dengan keadilan ?

Hal ini bisa kita lihat dikehidupan kita sehari-hari. Teringat akan kejadian beberapa bulan yang lalu ketika seorang ibu melaporkan kepada kepala sekolah bahwasanya anaknya dipaksa oleh guru untuk membantu temannya dalam menjawab ujian sekolah tapi dia menolak dengan alasan saya sudah belajar untuk ujian ini kenapa harus memberi contekan ke yang lain ?, dan dia dihukum oleh guru tersebut. Tetapi sang ibu malah disuruh menasehati anaknya untuk belajar menghormati gurunya. Apakah ini yang disebut keadilan?.

Padahal hal tersebut adalah praktek penyuplai koruptor dibangsa ini. Praktek yang telah menjadi kebiasaaan, bahkan telah menyatu dengan daging bangsa ini. Tetapi sesuatu yang menyatu bisa saja berpisah jika ada usaha memisahkannya, walau itu berat.

Untuk masuk ke sebuah lembaga pendidikan kita harus mengeluarkan dana yang sebenarnya diluar peraturan dengan alibi uang terima kasih. Padahal terima kasih gak pernah bergandeng dengan uang. Di awal saja sudah memakai cara tak benar, bagaimana hasil akhirnya, apakah mengandung unsur keberkahan atau malah kesialan.

Pendidikan adalah alat merekayasa masa depan kata Anies Baswedan. Jika alat rekayasanya saja sudah tak benar, mana mungkin masa depannya cerah seperti yang diinginkan.

Banyak yang bilang orang berpendidikan itu yang sekolahnya tinggi, tapi yang terjerat kasus korupsi itu lebih banyak yang sekolahnya tinggi. Ini hal aneh yang terjadi sekarang. Padahal dulu Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan berpendidikan lah yang tinggi, bukan bersekolah yang tinggi. Kesimpulannya sekolah tinggi tak selalu berpendidikan bagus, dan juga pendidikan bagus tidak harus sekolah tinggi.

Kebiasaan kita kadang lebih menghargai anak yang rengking tinggi dari yang berprestasi bagus, contohnya kita sering bertanya setiap berjumpa dengan anak-anak, rangking berapa kamu ?, tapi kadang lupa bertanya tentang apa saja yang dipelajari di sekolah. Hal ini membuat anak berfikir lebih untuk mengejar rangking dari pada pelajaran di sekolah.

Republik Indonesia didirikan dengan janji, bukan dengan cita-cita, janji itu wajib dilunasi, bukan direvisi seperti cita-cita. Salah satu janjinya adalah pendidikan. Kewajiban negara menjamin kemerdekaan berpendidikan yang layak bagi setiap rakyat bangsa Indonesia.

Soe Hok Gie pernah berkata “lebih baik diasingkan karena jujur, daripada menyerah pada kemunafikan”.

Jujur itu keren sobat.

0 komentar: