Viretas et liberarbum (kebenaran akan memerdekakanmu)
Dewasa ini kejujuran adalah barang langka
di negara kita ini. Menjadi jujur sama saja seperti memakan ikan
berduri, enak tapi sakit karena tergigit durinya. Ketika jujur dihina,
tapi jika berbohong dipuji. Apakah ini disebut dengan keadilan ?
Hal ini bisa kita lihat dikehidupan kita
sehari-hari. Teringat akan kejadian beberapa bulan yang lalu ketika
seorang ibu melaporkan kepada kepala sekolah bahwasanya anaknya dipaksa
oleh guru untuk membantu temannya dalam menjawab ujian sekolah tapi dia
menolak dengan alasan saya sudah belajar untuk ujian ini kenapa harus
memberi contekan ke yang lain ?, dan dia dihukum oleh guru tersebut.
Tetapi sang ibu malah disuruh menasehati anaknya untuk belajar
menghormati gurunya. Apakah ini yang disebut keadilan?.
Padahal hal tersebut adalah praktek
penyuplai koruptor dibangsa ini. Praktek yang telah menjadi kebiasaaan,
bahkan telah menyatu dengan daging bangsa ini. Tetapi sesuatu yang
menyatu bisa saja berpisah jika ada usaha memisahkannya, walau itu
berat.
Untuk masuk ke sebuah lembaga pendidikan
kita harus mengeluarkan dana yang sebenarnya diluar peraturan dengan
alibi uang terima kasih. Padahal terima kasih gak pernah bergandeng
dengan uang. Di awal saja sudah memakai cara tak benar, bagaimana hasil
akhirnya, apakah mengandung unsur keberkahan atau malah kesialan.
Pendidikan adalah alat merekayasa masa
depan kata Anies Baswedan. Jika alat rekayasanya saja sudah tak benar,
mana mungkin masa depannya cerah seperti yang diinginkan.
Banyak yang bilang orang berpendidikan
itu yang sekolahnya tinggi, tapi yang terjerat kasus korupsi itu lebih
banyak yang sekolahnya tinggi. Ini hal aneh yang terjadi sekarang.
Padahal dulu Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan berpendidikan lah yang
tinggi, bukan bersekolah yang tinggi. Kesimpulannya sekolah tinggi tak
selalu berpendidikan bagus, dan juga pendidikan bagus tidak harus
sekolah tinggi.
Kebiasaan kita kadang lebih menghargai
anak yang rengking tinggi dari yang berprestasi bagus, contohnya kita
sering bertanya setiap berjumpa dengan anak-anak, rangking berapa kamu
?, tapi kadang lupa bertanya tentang apa saja yang dipelajari di
sekolah. Hal ini membuat anak berfikir lebih untuk mengejar rangking
dari pada pelajaran di sekolah.
Republik Indonesia didirikan dengan
janji, bukan dengan cita-cita, janji itu wajib dilunasi, bukan direvisi
seperti cita-cita. Salah satu janjinya adalah pendidikan. Kewajiban
negara menjamin kemerdekaan berpendidikan yang layak bagi setiap rakyat
bangsa Indonesia.
Soe Hok Gie pernah berkata “lebih baik diasingkan karena jujur, daripada menyerah pada kemunafikan”.
Jujur itu keren sobat.
0 komentar: