Paradigma Mahasiswa tentang “Ospek”
Tak terasa tahun sudah berganti lagi. Mahasiswa yang masa aktifnya
untuk menjadi mahasiswa telah selesai serta telah tamat dan wisuda, maka
akan digantikan oleh mahasiswa yang baru kembali. Ibaratkan sebuah
pohon yang sudah tua dan renta akan mati digerogoti usianya, lalu ia
akan diganti oleh tunas-tunas yang baru yang akan menggantikan tugas dan
peran pohon tua tadi. Karena jika suatu generasi hilang ataupun musnah,
pasti akan ada generasi baru yang akan menggantikannya. Salah satu
peribahasa yang cocok untuk hal ini adalah “Patah Tumbuh Hilang
Berganti”, setiap yang mati ataupun hilang pasti akan ada yang
menggantikannya.
Ketika mahasiswa baru menginjakkan kakinya di kampus yang baru, untuk
pertama kali ia pasti akan tersenyum bangga seraya berkata
“Alhamdulilah, apa yang kuinginkan dari SMA dulu akhirnya tercapai
juga”. Namun, setelah itu ia akan mengeluh dan berkata “Kalau tahu
seperti ini saya tidak akan mau kuliah”.
Banyak diantara kita merasakan hal tersebut ketika masih menjadi
mahasiswa baru. Salah satu alasan penyebab hal tersebut timbul adalah
ketika kita dihadapkan dengan kewajiban untuk menjalani kegiatan ospek,
yang lebih dikenal dengan BAKTI. Tidak dapat dipungkiri, hingga sampai
saat ini kata-kata “ospek” atau orientasi mahasiswa menjadi salah satu
momok yang menakutkan bagi mahasiswa baru. Banyak diantara para
mahasiswa baru ketika ditanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
ospek, maka jawabannya selalu ‘Kalau bisa dihilangkan saja’.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ada beberapa hal yang mungkin bisa
menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, pengetahuan terkait tentang
bagaimana rangkaian acara dalam ospek itu dilaksanakan. Jika hal
tersebut dapat kita buat menjadi hal yang menarik, pasti mindset negatif
setiap mahasiswa baru tentang ospek akan luntur dan berubah menjadi
sesuatu yang menyenangkan. Kedua, info dari orang lain tentang ospek
tersebut yang selalu mengarahkan ke arah negatif. Terakhir, apa-apa saja
keuntungan yang akan didapat melalui ospek tersebut.
Mungkin, sampai hari ini kita masih mendengar bahkan tetap setuju
tentang peraturan ospek yang berbunyi, Pasal 1 senior selalu benar, dan
pasal 2 jika senior salah, kembali ke pasal 1”. Setuju tidak setujunya
kita pasal tersebut cukup logis. Ketika kita masih junior, kita
mengatakan hal tersebut adalah hal yang tidak masuk akal. Namun, ketika
kita sudah menjadi senior, sudah bisa dipastikan kita akan mengekor pada
peraturan tersebut. Merupakan suatu hal yang telah lazim terjadi di
semua kampus di tanah air kita.
Hal tersebut sebenarnya harus di ubah konsepan dan tata caranya.
Karena, apabila hal tersebut masih saja dipakai, maka akan banyak hal
negatif yang akan muncul. Mungkin pada masa konsepan ini dibuat,
mahasiswa biasa dan lazim dengan hal yang dilakukannya itu, seperti
perpoloncoan dan sedikit semi militer. Tetapi, jika hal itu masih kita
pakai untuk zaman yang sekarang ini, konsepan tersebut akan di tolak
mentah-mentah karena tidak sesuai dengan zaman. Karena, pada zaman
sekarang semua orang ingin bebas dan berhak melakukan apa saja selama
tidak membuat orang lain terganggu.
Menurut peraturan MENDIKNAS tahun 2010 yang disampaikan oleh mantan Rektor Universitas Andalas Prof.Dr.Ir.
Musliar Kasim, MS yang sekarang menjadi Wakil Mentri Pendidikan
Nasional, bahwasanya untuk mahasiswa baru dilarang untuk mengadakan KBM
(Kemah Bakti Mahasiswa) dan hal-hal lain yang berkaitan dan berhubungan
dengan perpoloncoan bagi mahasiswa, dan bagi fakultas yang
mengizinkannya akan diberikan sanksi yang setimpal.
Realita hari ini, banyak mahasiswa senior yang tidak peduli dengan
adik seniornya karena isi dari peraturan tersebut yang terlalu gamblang
dan terlalu frontal terdengar. Dampak lainnya juga terasa pada kurangnya
kepedulian mahasiswa dengan pergerakan mahasiswa.
Banyak mahasiswa yang hanya peduli dengan kuliah dan dirinya sendiri.
Hal tersebut terjadi karena suhu dan keadaan mahasiswa zaman sekarang
tidak lagi berorientasi kepada bagaimana memajukan bangsa ini, tapi
bagaimana cara membuat diri sendiri sukses tanpa bantuan orang lain.
Dengan kata lain, mahasiswa zaman sekarang lebih diarahkan bagaimana
menjadi seorang plagiat dan budak yang harus terus bersama induknya.
Bukan seperti mahasiswa dulu yang bebas berkata,dan melakukan apa saja
dalam hal memajukan bangsa ini menjadi bangsa yang dihormati dan
sejahtera.
Tentunya ospek akan berkonotasi positif jika kita mau dan punya
keinginan yang kuat untuk merubah konsep yang dulunya lebih berorientasi
pada praktek perpoloncoan dan semi militer. Hari ini kita coba untuk
membuat sesuatu yang berbeda dan tidak berorientasi dengan konsepan yang
lama, tapi kita berusaha membuat konsepan ospek yang mempunyai kualitas
dan lebih bermanfaat.
Memang, semua itu tidaklah mudah seperti kita membalikkan telapak
tangan. Karena akan banyak rintangan dan hantaman yang sangat keras yang
akan kita dapatkan dalam proses perjalanan mewujudkannya. Tetapi
apabila kita yakin dan percaya akan semua impian kita ini, pasti semua
yang akan kita lalui nantinya akan kita rasakan indah dan mempunyai
hikmah yang bermanfaat. Semoga saja cita-cita untuk mewujudkan ospek
yang berorientasi kepada kemanfaatan yang baik dan punya output yang
berkarakter dan penuh inspirasi dapat terwujud kedepannya. Saddam Hsb
*)Terbit di Tabloid Mahasiswa UNAND Genta Andalas Padang,edisi XLI September-Oktober 2011.
0 komentar: