Sinabung Part 1

00.13 Unknown 0 Comments


Bulan Maret lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung bagaimana kondisi gunung Sinabung yang dalam beberapa tahun kebelakang sering menjadi berita di media. Ada perasaan senang campur sedih waktu itu. Senang karena mimpi saya untuk berkunjung ke Sinabung akhirnya terwujud, namun sedih dengan kondisi yang dialami oleh saudara-saudara sebangsa di Tanah Karo.

Sebelum ke Sinabung, saya tidak mempercayai semua berita yang tersebar di media tentang bencana erupsi gunung Sinabung, karena saya selalu mempercayai fakta ketika sudah meilhatnya dengan mata kepala saya sendiri. Tapi semua berita media saya kumpulkan dan saya akan cocokan langsung di tanah Karo.

Ketika kegiatan saya dan teman-teman di Kelas Inspirasi Medan 2 telah selesai. saya diajak oleh salah seorang teman untuk ikutan berkecimpung dalam gerakan yang bernama Laskar Erdilo. Gerakan yang lahir dari obrolan ngalor ngidul para aktivis lintas bidang di kota Medan. Gerakan yang lahir atas kegelisahan dan keprihatinan kaum terdidik atas masa depan pendidikan di tanah Karo. Niatnya adalah mencoba membantu dengan kontribusi nyata bukan hanya memperbincangkan tanpa aksi nyata.

Setelah melakukan meet up perdana dengan seluruh personal gerakan, maka telah dihasilkan beberapa konsep yang cukup matang tentang aktivitas dan detail kegiatan yang akan kita lakukan di daerah lingkar Sinabung, di sebut dengan lingkar Sinabung karena daerah ini adalah daerah yang paling dekat dengan kaki gunung Sinabung yang hanya berjarak sekitar 2-3 km saja. 

Targetan kita khusus hanya SD saja, karena memang kita merasa harus bisa fokus biarpun kecil. Sebelum melakukan sebuah kegiatan saya dan teman-teman melakukan survey lokasi. Maka setelah berbincang cukup panjang tentang waktu, transportasi dan orang-orang yang akan ikut, makan telah disepakati bahwa lima orang akan ikut melakukan survey ke Sinabung.

Kelima orang tersebut adalah saya (pecinta akut sayur daun ubi tumbuk), kak Iberena Merry Purba (Pengajar Muda VI), kak Siti Rahmah (Pengajar Muda VII), kak Ria Damayanti (Aktivis Kelas Inspirasi) dan Ridha Annisa Sebayang (Aktivis Turun Tangan Medan). Empat perempuan tangguh dan satu laki-laki ingusan yang memilih ikut terlibat, ambil tanggung jawab dan berbuat nyata meski tampak kecil.

Perjalanan dimulai pukul dua siang dengan menaiki bus Sutra, salah satu transportasi murah nan cepat ke tanah Karo. Dengan ongkos 10 ribu saja dan hanya dalam waktu 2-3 jam kita bisa langsung menuju tanah Karo plus disuguhi pemandangan indah dan menyenangkan dikanan kiri sepanjang perjalanan sembari mendengarkan lagu-lagu daerah batak Karo didalam bus.

Dan akhirnya kami sampai didaerah bernama Tongkoh untuk menunggu bang Ben Kaban salah satu pencetus gerakan Karo Erdilo yang berdomisili di Tanah Karo, tepatnya di Berastagi. Setelah menunggu selama setengah jam akhirnya beliau datang dengan mobilnya yang gagah nan klasik.  Dan sebelum kami melakukan survey sekolah ke lingkar sinabung, kami melakukan mini wisata kuliner. Kami membeli strawberry langsung dari kebun buah-buahan. Lalu kami menyempatkan diri untuk makan pecel dan cendol hangat di rumah makan Pecel Bahagia yang letaknya di jalan lintas Medan-Berastagi.

Setelah puas menikmati wisata kuliner, saatnya untuk memanjakan mata menuju danau Lau Kawar, danau indah sekitar gunung Sinabung. Dan kembali kami disuguhi pemandangan indah sepanjang perjalanan menuju danau Lau Kawar, yaitu pemandangan sunset dibalik gunung Sinabung yang terlihat seperti matahari kuning yang seakan-akan mengintip kami dari balik gunung.

Ketika sampai di pinggir danau, tanpa diperintah kami langsung saja melakukan pengabadian momen. Yaitu foto-foto, hehe. Berbagai bentuk gaya dicoba karena background danau ditambah sunset yang indah menambah indah momen ini. Setelah langit memunculkan bulan purnama yang indah, kami bergegas meninggalkan danau dan menuju destinasi selanjutnya, yaitu warung makan Ojolali. Warung makan yang bisa memesan apa saja bentuk makanan yang diinginkan.

Selama disana kami berdiskusi cukup panjang sembari mengamati lelehan lahar malam hari gunung Sinabung dengan kamera. Diskusi yang hangat ditempat dingin membuat kami berlama-lama betah duduk selama kira-kira empat jam.    

Bersambung ke Sinabung Part 2….

0 komentar: