Turun Tangan Indonesia
Tak terasa sudah hampir setahun saya
bergabung dalam suatu gerakan yang diinisiasi oleh manusia yang cukup
unik di Indonesia begitu saya menyebutnya. Ketika anak bangsa yang lain
pesimis dengan keadaan Indonesia hari ini, tapi beliau dari dulu hingga
sekarang selalu menggandakan pesan optimis tentang kehebatan Indonesia.
Lebih banyak mengecap pendidikan tinggi di luar Indonesia lantas tak
membuatnya lupa akan bumi pertiwi. Ketika yang lain mengeluh akan sistem
pendidikan di negara ini, beliau malah membuat gerakan semesta Indonesia Mengajar
dengan tujuan mengisi kekosongan guru di garda terdepan negara ini
sampai pelosok dan juga mempersiapkan pemimpin Indonesia masa depan yang
world comptence and understanding grassroot. Yang lain hanya urun angan, beliau langsung turun tangan terlibat langsung dengan solusi.
Anies Rasyid Baswedan begitulah nama yang diberikan orang tuanya kepada beliau. Turunan langsung A.R Baswedan
sang pembawa surat pernyataan pengakuan Indonesia merdeka oleh negara
Mesir. Sang pahlawan yang namanya hanya terdengar segelintir orang,
seorang idelisme religius. Yang sampai akhir hayatnya hanya mempunyai
rumah sederhana. Cucunya yang hari ini mencoba berkontribusi untuk turun
tangan terlibat langsung dalam dunia politik yang hari ini tampak kotor
dan menjijikan bagi sebagian orang. Tetapi Anies malah berujar arenanya
boleh saja tampak kotor, mari rame-rame kita bersihkan agar bersih
kembali. Suatu tanggapan yang berani dan nampak klise bagi sebagian
orang. Tapi ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, ini adalah
suatu pemikiran langka untuk seorang manusia Indonesia. Hal ini membuat
Anies dan teman-teman bergegas membuat suatu wadah pergerakan yang
dinamai “Gerakan Turun Tangan”, yang tujuannya adalah membantu pelunasan janji kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya saya tergabung dalam gerakan
turun tangan Medan, tetapi dikarenakan saya berdommisili setahu di
Pekanbaru, maka bergabunglah saya di Turun Tangan Pekanbaru.
Pertama gathering dengan teman-teman Turun Tangan Pekanbaru,
saya merasakan kembali atmosfer ketika saya kuliah dahulu. Rasa ingin
selalu berkontribusi sekecil apapun tanpa pamrih. Sesuai dengan motto
hidup saya “Ikhlas Tanpa Batas”. Gathering perdana saya bertempat
dirumah Ibunda Yulhaida Badar, seorang ibu tiga anak
yang mempunyai passion selalu turun tangan dan terlibat akan segala
masalah di masyarakat. Beliau berdarah tulen minangkabau, tetapi sejak
kuliah berdomisili di Bandung. Pemandangan yang unik yang saya lihat
ketika berjumpa dengan beliau. Disaat ibu-ibu yang lain sibuk bergosip
ria, beliau malah mau bersusah-susah meluangkan waktunya untuk mengajar
di SMP Negri dekat rumah beliau tanpa bayaran. Passion beliau akan dunia
pendidikan mengajarkan saya berkontribusi itu tidak harus berfikir akan
“dapat apa”, tapi berkontribusilah agar engkau berfikir bisa “kasih apa”.
Diawal kebersamaan dengan para pejuang
turun tangan kami melakukan sedikit kontribusi kecil bagi dunia
pendidikan dengan mengadakan kelas inspirasi Pekanbaru, bertempat di
salah satu daerah pinggiran Pekanbaru kami melakukan sedikit hal untuk
menginspirasi anak-anak sekitar.
Belajar sambil menginspirasi adalah
kegiatan yang menyenangkan, kegiatan ini dilakukan pada hari minggu
disaat harusnya minggu adalah hari kita berlibur. Tetapi pejuang Turun
Tangan Pekanbaru membuktikan diri untuk melakukan iuran kolosal kolektif
dalam pelunasan janji kemerdekaan, yaitu tentang pendidikan. Lihat masalah bukan menyuruh orang untuk
membereskannya, tapi ambil bagian untuk terlibat dalam penyelesaiannya
itu jauh lebih bijak.
Sekitar bulan april 2014 Pekanbaru mengalami musibah tahunan, yaitu asap dari pembakaran lahan. Asap yang menyebar begitu dahsyat hingga membuat kualitas udara menjadi level berbahaya. Dan menjadikan Pekanbaru kota tak layak huni. Turun tangan dalam menyikapi hal tersebut langsung berkonsolidasi dengan segenap komunitas di Pekanbaru dan hasilnya adalah kita akan melakukan aksi damai pembagian 10 ribu masker bagi Pekanbaru yang berpusat di simpang empat Mall SKA
Pekanbaru.
Aksi ini diikuti hampir 100 orang yang
tergabung dalam seluruh komunitas sosial budaya di Pekanbaru. “Gerakan
Melawan Asap” adalah sebutan kami. Memprotes adalah hal yang wajar,
tetapi cara memprotes mencerminkan sikap dan kualitas yang bersangkutan.
Dengan melakukan aksi ini kami berharap pemerintah dapat sadar dan
langsung mengambil tindakan cerdas dalam menyelesaikan masalah ini.
Turun tangan bukan hanya tentang gerakan
bersama-sama ketika ada masalah yang terlihat. Tapi sejatinya turun
tangan adalah ketika lihat orang membuang sampah sembarangan, ambil dan
bilang ke dia buang samapah itu ditempatnya bukan disembarang tempat.
Itu Turun Tangan yang kecil tapi nyata.
Pejuang bukan ???
Hadapi !!!
Bagaimana caranya gabung di komunitas ini? Sebelumnya sudah ikut di gerakan turun tangan nasional tapi belum gabung di gerakan turun tangan pekanbaru.
BalasHapus